Minggu, 01 Januari 2012

Pemuda Dalam Kesesatan

Coba lihatlah foto kedua anak muda ini. Ini memang bukan foto anak Indonsia. Namun di Indonesia sendiri yang seperti ini akan sangat mudah kita jumpai di perempatan-perempatan atau sudut-sudut kota yang jarang dijamah. Kelompok ini didominasi dari strata kurang mampu. Kerjaannya mengamen, membuat kerusuhan, mencuri, mabuk dengan lem. Memang tidak semuanya demikian, tetapi sebagian besar seperti itu. Untuk makan mereka mencari di tempat-tempat sampah, lalu meludah bersama dan mereka aduk makanan itu kemudian disantap bersama.

Hari-hari mereka terisi dengan tawa dan kesenangan semu. Kebanggaan mereka terhadap solidaritas kelompoknya hanyalah sebuah pelarian atas ketidak adilan atau tidak adanya perhatian untuk mereka. Mereka merasa itulah jati dirinya. Padahal jalan mereka masih panjang. Mungkin orang tuanya berpendidikan rendah dan tidak mau tahu jadi apa anaknya, tapi bangsa ini mengharapkan mereka untuk sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Bangsa ingin mereka menjadi para pemimpin dan pemuda sukses. Bukan malah menjadi beban dan pekerjaan tambahan bagi polisi dan satpol PP untuk berlerian mengejar mereka. Lalu membebani Dinas Sosial untuk memikirkan makan dan tempat tinggal serta sarana rehabilitasi mereka.

Saudaraku pembaca sekalian, saya tidak membenci mereka. Justru saya ingin mengajak saudara untuk mencintai mereka. Mencintai tanpa ada kedengkian. Mereka juga manusia dan pasti butuh kasih sayang. Penulis pun pernah terjun bersama mereka. Penulis pernah menjadi salah satu gangster yang banyak berhubungan dengan mereka komunitas punk dan anak-anak nakal. Kini misi penulis adalah mengajak mereka pada sebuah pencerahan yang akan membawa mereka pada ketenangan hati yang sejati. Menyelamatkan mereka dari kesesatan. Mengajak mereka membangun bangsa. Mereka adalah saudara kita yang wajib kita perhatikan dan kita sayangi.


Jika mereka tidak ada yang mempedulikan, 5-10 tahun lagi, akan jadi apa bangsa ini? Sedang jumlah pemuda itu sangat banyak, sementara orang tua akan semakin sedikit termakan usia. Kita harus memikirkan, ketika mereka sudah beranjak tua, bagaimana nasib mereka? Apakah mereka masih memiliki cukup kekuatan untuk berjalan dan berhura-hura? Jika mampu, dari mana mereka mandapatkan sumber materi? Dari mencuri? Merampas? Merampok? Jika iya, maka suatu saat mereka akan tertangkap. Masuk penjara, lalu dihajar oleh setiap polisi dan senior di penjara. Menambah anggaran negara untuk makan mereka. Sekali lagi mereka menjadi beban negara.


Mulai dari yang terkecil, saudara kita, anak kita, cucu kita, atau tetangga kita yang masih muda. Perhatikan dan bimbing mereka untuk menjadi pemuda berkarakter mulia. Menjadi tonggak-tonggak tegaknya tatanan negara yang kokoh lagi sentausa. Pemuda saat ini adalah pemimpin di masa yang akan datang, beginilah pepatah Arab mengatakan. Dan memang benar, siapa lagi penerus perjuangan suatu negara jika bukan pemudanya. Mari selalu berdoa untuk kebaikan dan kelurusan jalan para pemuda di dunia khususnya di Indonesia. Semoga Tuhan senantiasa memberikan pencerahan dan bimbingan pada mereka.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review