Kamis, 05 Januari 2012

Pemuda Kehilangan Bolpoint

Apa itu Bolpoint??

Bolpoin atau bolpén (bahasa Inggris: ballpoint) adalah alat tulis yang ujungnya menggunakan bola kecil yang berputar untuk mengontrol pengeluaran tinta kental yang disimpan dalam kolom berbentuk silinder. Ujung bolpen berupa bola kecil dari kuningan, baja, atau tungsten karbida yang diameternya berbeda-beda, umumnya 0,7 hingga 1,2 mm.[1] Besar diameter bola berpengaruh pada ketebalan tulisan di atas kertas. Tinta kering dalam seketika setelah bersentuhan dengan kertas. Bolpoin berbeda dengan pulpen, bolpoin berharga murah dan bebas pemeliharaan.

Awalnya, alat tulis yang menggunakan tinta adalah pena dan tinta yang digunakan terpisah. Pena yang digunakan pada awalnya dibuat dari bulu angsa seperti yang lazim digunakan di Eropa pada abad pertengahan, batang alang-alang air yang digunakan di Timur Tengah atau bahkan kuas yang digunakan di Cina dan Jepang. Kelemahannya adalah penggunaannya sering merepotkan para pemakainya karena tintanya berceceran atau bahkan tumpah di atas kertas.

Bolpoin diciptakan oleh jurnalis Hungaria, László Biró pada tahun 1938. Biro memperhatikan bahwa tinta yang digunakan dalam percetakan surat kabar mengering dengan cepat dan tidak meninggalkan noda pada kertasnya. Kesulitan-kesulitan lain saat menggunakan pena untuk mengoreksi naskah-naskah yang ditulis pada kertas tipis seperti tinta yang melebar, tumpah atau kertas yang sobek karena sabetan pena yang cukup tajam.
Ujung sebuah bolpoin

Bersama saudara lelakinya George, seorang kimiawan, dia mengembangkan ujung pen yang baru berupa sebuah bola yang dapat berputar dengan bebas pada sebuah lubang. Saat berputar, bola tersebut akan mengambil tinta dari sebuah kartrij, tinta membasahi bola kecil yang mengalir secara kapiler dan dengan bantuan gravitasi. dan kemudian menggelinding agar melekatkannya pada kertas. Karena bola kecil itulah maka pena baru itu dinamakan ball point pen atau yang lazim dikenal dengan nama bolpoin.

Rancangan ini kemudian dipatenkan di Argentina pada 10 Juni 1943 dan dijual dengan merek Birome, yang masih bertahan hingga saat ini

Analisis
Seiring dengan perkembangan alat tulis, dalam hal ini adalah bolpoint, tentu kita sangat dimanjakan dalam menulis. Apa pun predikat kita saat ini, entah siswa, mahasiswa, pekerja, kasir, atau apa pun yang tidak lepas dari bolpoin, ada satu pertanyaan yang mungkin sangat menggelitik. Pernahkah kita membeli bolpoin dan kita memegangnya hingga tintanya habis?? Jarang kita menyadari dan menghitung sudah berapa banyak bolpoin yang kita beli sejak awal kita mengenal alat ini. Saya yakin jawabannya adalah tidak terhitung. Tidak terhitung bukan karena habis kita pakai untuk menulis karena saking kreatifnya kita atau saking banyaknya pekerjaan kita yang membutuhkan bolpoin, tetapi karena HILANG.
Hilang? Iya kalau bolpoin kita memiliki harga ratusan ribu atau jutaan rupiah? Rata-rata bolpoin yang dipakai masyarakat pada umunya adalah standar saja, paling mahal juga Rp. 5.000,00. Tapi kenapa bisa selalu hilang. Sebenarnya bukan hilang, lebih tepatnya bisa dikatakan katut (jawa : terbawa). Sudah pasti yang membawa adalah teman atau orang yang sering atau sedang berinteraksi langsung dengan kita dan orang itu juga membutuhkan alat tersebut. Entah itu karena lupa, bolpoinnya mirip, atau karena terburu-buru sehingga terbawa. Ada lagi penyebab yang sedikit menjengkelkan, yakni karena bolpoin kita dipinjam seseorang kemudian dipinjamkan lagi pada orang lain.

Hidup ini adalah masalah kebiasaan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mario Teguh, "Sifat itu adalah sikap yang dibiasakan." Termasuk kebiasaan untuk tidak amanah terhadap barang teman termasuk dalam masalah bolpoin. Jika sejak kecil ditanamkan untuk peduli dan menghargai kepemilikan orang lain, tentu kasus kehilangan bolpoin tidak akan banyak terjadi. Kita akan lebih menjaga hak orang lain. Bahkan jika menemukan bolpoin tergeletak, kita akan mencari dan bertanya siapakah pemiliknya.

Coba kita bayangkan, jika dalam 1 bulan kita bisa membeli sampai 2 buah bolpoin akibat hilang, sejak SD sudah berapa bolpoin yang telah kita beli? Itu baru bolpoin, belum pensil, penghapus, penggaris dan lain-lainnya yang sudah merupakan kebutuhan vital setiap orang di masa ini. Sudah berapa juta rupiah yang bisa dijaga jika hal seperti itu tidak terjadi? Alangkah baiknya jika uang-uang tersebut disedekahkan kepada anak-anak yatim yang jauh lebih membutuhkan sarana sekolah.

Terakhir, mari senantiasa menjaga dan menghargai barang milik orang lain. Membiasakan diri amanah itu indah. Mulai dari diri kita sendiri, harus ada yang sadar. Untuk mengubah suatu kebiasaan memang tidak mudah. Tapi akan lebih sulit jika tidak ada satu pun yang bergerak. Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk berhemat dan efisien bolpoin.

Salam Bolpoin untuk pemuda !!!

#maksudnya salam amanah  !!!! Hehehe..

sumber : http://id.wikipedia.org

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review