Sabtu, 24 November 2012

Ingin merubah PANCASILA ???

Ketika seorang tetangga memberi kita sebuah bungkusan hitam. Baunya harum, ketika dibuka isinya beberapa buah mangga yang telah masak dan besar-besar. Kemudian kita memakannya sekeluarga. Apa yang akan kita lakukan pada tetangga tersebut? Pasti sangat berterima kasih dan bahkan tidak akan melupakan pemberian tersebut.

Satu ketika, seorang gadis cantik memiliki kelainan pada ginjal. Usianya diprediksi oleh dokter hanya tinggal beberapa saat. Kemudian seorang temannya merelakan ginjalnya untuk didonorkan kepada gadis tersebut. Kebetulan temannya itu menyukai gadis tersebut, jadi dia rela mengorbankan apa pun untuk pujaan hatinya. Sampai pada akhirnya lelaki tersebut meninggal beberapa bulan setelah mendonorkan ginjalnya, dan si gadis hidup hingga sekarang.

Si gadis menyadari betapa besar cinta sang teman sehingga rela mengorbankan nyawanya untuk sekedar kehidupan gadis yg notabene bukan siapa-siapa. Sang gadis menangis tiap malam hingga buta matanya. Tiap hari kematian sang teman, dia menabur bunga di makamnya. Membersihkan nisannya kemudian mengecup nisan seraya mengucap "I love you"

Membaca cerita di atas seakan-akan begitu luar biasa. Tapi tahukah kita? Ada pengorbanan yang jauh lebih luar biasa dari itu semua? Pengorbanan berjuta-juta nyawa melayang, dan dari pengorbanan itu kini kita menikmati dengan leha-leha. Mari menoleh kembali pada sejarah. Mulai dari pertumpahan darah pada saat jaman kerajaan-kerajaan di Nusantara, kemudian penjajahan belanda yg kurang lebih 350 tahun, Jepang kurang lebih 3,5 tahun, belum lagi peperangan di sana-sini paska kemerdekaan. Bukankah darah dikucurkan sederas-derasnya di mana-mana? Bukankah nenek moyang kita telah menjadi budak-budak para penjajah? Keringat mereka dibayar pukulan. Siksaan adalah santapan mereka sehari-hari. Anak-anak gadis dan istri mereka menjadi bulan-bulanan para bajingan-bajingan perang. Tanah rumah mereka dirampas, harta mereka dinikmati di atas kepedihan mereka. Haus, lapar, dan air mata darah mereka benar-benar ditimba sekuat-kuatnya oleh para penjajah.

Itu semua dilakukan untuk siapa? Siapa yang saat ini menikmati hasil jerih payah kesakitan mereka? Lalu apa yang sudah kita lakukan untuk membayar semua itu? Apa pantas kita hanya duduk santai bersenang-senang untuk harga yang begitu mahal yang telah mereka bayarkan? Itu belum terjawab sudah ditambahi dengan gaya sok pahlawan ingin merubah PANCASILA yang begitu beratnya ditanam sebagai pondasi dan dibangun sebagai bangunan kokoh pengayom bangsa ini.

Begitu kakean polahnya (jw : kebanyakan tingkah) kita jika punya niat seperti itu. Baru lahir kemarin sore saja sudah macam-macam. Ilmu pas-pasan, pengalaman sedikit, kontribusi tidak ada, eeeh kok berani-beraninya seperti itu.

Bagaimana dengan persepektif agama?
Bukankah Pancasila tidak sesuai dengan Islam (misalnya)
Untuk hal tersebut insya Allah akan saya bahas pada bagian berikutnya.

Salam persatuan dan semoga bermanfaat..

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review